Monday, January 31, 2011

FAITH

(Kayanya tulisan ini pernah ku post di blog lama, tapi ngga ada salahnya dipost lagi =p)

Sebagai orang Kristen kita selalu diajarkan untuk beriman. Have faith! Begitulah kata kita ketika menguatkan atau mendorong saudara seiman yang sedang mengalami persoalan atau kegoyahan iman. Bukan hanya orang Kristen, umat agama lain pun punya yang namanya iman. Hanya saja, apa atau siapa yang dipercaya berbeda dengan kita.

Mengucapkan “have faith!” memang mudah bagi kita, tetapi aplikasinya sangatlah sulit, apalagi kalau kita sedang didera persoalan yang berat. Hal yang begitu menyakitkan sampai kita sulit untuk berharap lagi, membuat kita sulit untuk beriman kepada Tuhan. Kita merasa Tuhan sudah meninggalkan kita atau tidak peduli lagi sama kita.

Hal ini dialami oleh Angus Bunchan, seorang petani asal Skotlandia yang tinggal dan bekerja di Afrika. Angus dikaruniai 3 anak perempuan dan 1 laki-laki. Namun, ketika anak-anaknya masih kecil, masih perlu banyak perhatian dan perawatan, Angus mengalami gagal panen. Sawahnya rusak. Ia pun jatuh miskin. Angus dan keluarganya harus pindah dari rumahnya lalu tinggal di sebuah mobil karavan kecil. Angus marah pada Tuhan. Ia menjadi seorang yang emosional. Hubungannya dengan istri dan anak-anaknya pun tidak baik. Traktornya rusak. Angus berontak. Ia tidak mau lagi kenal Tuhan. Imannya telah digoyahkan. Angus tidak terima mengapa ia mengalami nasib demikian.

Suatu hari, istri Angus mengajak Angus ke gereja. Awalnya Angus tidak mau dan justru marah-marah. Namun akhirnya Angus ikut juga ke gereja, dan tanpa disangka, di sana Angus disadarkan ketika mendengarkan khotbah dan kesaksian. Angus bertobat, dan menjadi seorang pengkhotbah handal. Angus sering diminta berkhotbah di berbagai daerah. Dengan imannya, Angus mampu menyembuhkan seorang penduduk desa yang tersambar petir. Dengan doanya, Angus menyelamatkan hutan dari kebakaran. Angus bersaksi tentang Yesus kemana-mana.

Ketika terjadi kekeringan akibat sebuah bencana badai, Angus mengumpulkan para petani di daerahnya dan mengajak mereka berdoa. Angus berkata bahwa Allah sanggup mendatangkan kesuburan meskipun tampaknya mustahil. Angus menyarankan para petani untuk menanam kentang. Para petani menertawakan Angus. Mustahil, kentang dapat tumbuh di daerah seperti itu, dengan kondisi kekeringan seperti demikian. Terkadang keyakinan Angus goyah, tetapi ia bangkit dan tetap teguh dalam imannya.

Dalam masa penantian itu, keluarga Angus mengalami musibah. Ketika keponakan Angus yang sangat ia sayangi, Alistair meninggal dunia akibat kecelakaan traktor saat pergi bersama Angus, pembantunya, dan kakak perempuannya. Angus diliputi rasa bersalah yang teramat dalam sampai pada suatu hari, Fergus, adik Angus yang merupakan ayah dari Alistair, bertemu dengan Alistair dalam mimpinya. Fergus mengajaknya pulang, tetapi Alistair berkata, “No, Daddy, I’m waiting for you here.” Mimpi itu membuat Fergus tenang. Ia tahu anaknya sudah beristirahat dalam damai. Fergus pun menghubungi Angus dan memberitahukan hal tersebut. Angus sangat mengucap syukur pada Tuhan. Kemudian tibalah saat panen. Angus mengajak pembantu setianya berdoa terlebih dahulu sebelum menggaruk tanah. Ketika pembantu Angus menggaruk tanah, ia melihat beberapa butir kentang besar-besar berwarna kuning. Pembantu Angus pun bersorak bahagia dan mereka berdua berpelukan. Datanglah keluarga Angus bersama orang-orang dari desa. Semua bergembira dengan Angus dan iman mereka pun dikuatkan.

Kisah ini berasal dari sebuah film yang saya tonton, judulnya “Faith Like Potatoes”. Bukan sekedar cerita, film ini dibuat berdasarkan sebuah kisah nyata kehidupan seorang petani bernama Angus Bunchan. Bukankah seringkali kita seperti Angus ketika menghadapi masalah berat? Saya bukan mau membenarkan apa yang Angus atau sebagian besar dari kita lakukan, tetapi menurut saya wajar kalau kita merasa marah, tidak terima, kecewa, bahkan putus asa. Namun, Tuhan tidak pernah membiarkan anak-anaknya jatuh sampai tergeletak. Ia selalu ada di dekat kita dan mengetahui setiap detik kehidupan kita. “When God’s creation is broken, he is more than able to fix it.” Itu adalah sebuah kalimat dalam film ini yang selalu saya ingat dan membuat saya tersentuh sampai saat ini. Tentu saja Ia mampu mengangkat kita kembali, Ia pencipta kita, Ia Tuhan kita. Jangan pernah tenggelam dalam keputusasaan, rasa bersalah, kemarahan, sakit hati, atau kekecewaan dan kepahitan. Teruslah berharap dan berdoa, meskipun rasanya sulit lagi untuk percaya. Tuhan pasti sanggup, tangannya takkan terlambat tuk mengangkatmu. Tuhan masih sanggup, percayalah…Dia tak tinggalkanmu….

P.S. : Tuhan menuntun saya untuk menonton film ini, yang mungkin tidak terkenal dan tidak banyak orang tahu, tepat ketika saya membutuhkannya….maka Tuhan pun juga punya cara yang tepat bagimu…God bless…

No comments:

Post a Comment